"Meniti Ilmu, Menebar Keberkahan - Sang Penebar Ilmu dari Barsela"
Di balik keteduhan senyumnya dan kelembutan tutur katanya, Dr. Tgk. H. Sirajuddin Saman, MA yang akrab disapa Teungku Abang di kalangan teman dan saudara, serta dikenal luas sebagai Abi Doto Siraj adalah sosok yang melangkah tegap di jalur perjuangan keilmuan dan dakwah.
Lahir di desa kecil Arongan, Aceh Barat pada 11 Mei 1975, perjalanan hidupnya adalah kisah tentang keberanian, kegigihan, dan dedikasi. Tumbuh di lingkungan sederhana yang dikelilingi hamparan sawah dan aliran sungai yang tenang, masa kecilnya ditempa oleh kerasnya kehidupan petani dan nelayan. Dari tanah subur inilah, ia belajar bahwa hidup harus diperjuangkan dengan kesungguhan.
Menapak di Jalan Ilmu
Sejak kecil, Sirajuddin kecil sudah menunjukkan ketertarikan luar biasa pada ilmu agama. Langkah awalnya dimulai dari SD dan SMP Arongan, sebelum akhirnya menempuh pendidikan di Aliyah Pesantren Serambi Mekkah.
Tekat untuk belajar pada ulama ulama dayah sangatlah tinggi, sehingga mencari ilmu agama pada 5 buah dayah, dimulai dengan dayah Rudhatul Jinan desa kubu kecamatan Arongan Lambalek selama 3 tahun, selanjutnya di dayah Babussa'adah Gurah Peukan Bada Aceh Besar selama 4 tahun, seterusnya dayah serambi Mekah meulaboh Aceh Barat selama 11 tahun, diikuti pengajian berkat di dayah Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan, pada saat itu membantu Abuya Nasir Waly menjadi Sopir setiap abuya pulang ke Labuhan Haji, sirajuddin tidak menyia nyiakan kesempatan selama berada di dayah Darussalam, tetapi digunakan untk belajar walaupun cuma 3 hari.
Setelah itu menetap di Dayah Asasunnjah Ateuk Lueng ie Aceh Besar yg dipimpin oleh Abiya Jamaluddin Waly selama 3 tahun.
Dari sanalah, kecintaan terhadap ilmu semakin tumbuh subur.
Pendidikan tingginya ditempuh di Sekolah Tinggi Teungku Dirundeng untuk jenjang S1, lalu berlanjut ke IAIN Ar-Raniry Banda Aceh untuk S2, hingga meraih gelar doktor di UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Bukan jalan yang mudah, karena di sepanjang perjalanan akademiknya, ia kerap menghadapi tantangan ekonomi yang hampir membuatnya menyerah. Namun, prinsip hidupnya yang kuat "Setiap ada kemauan, di situ ada jalan" membuatnya terus berjuang hingga garis akhir.
Menghidupkan Cahaya di Dayah
Kini, ia mengemban amanah besar sebagai Pimpinan Dayah Khamsatu Anwar Deunong, Darul Imarah, Aceh Besar. Tidak sekadar membangun pesantren, Abi Doto Siraj memastikan bahwa pendidikan berkualitas harus bisa diakses oleh siapa saja, terutama mereka yang kurang mampu. Keikhlasannya dalam mendidik generasi muda tergambar dalam kebijakan mulianya: membebaskan biaya pendidikan bagi anak-anak yatim.
Keputusan ini bukan tanpa risiko. Di tengah tantangan finansial, ia tetap yakin bahwa keberkahan akan selalu hadir bagi siapa saja yang berbuat baik. Baginya, keikhlasan bukan sekadar prinsip, tetapi juga kunci dalam menjalani kehidupan. "Keikhlasan akan membawa kebersihan," begitu ia menegaskan.
Prestasi yang Berbicara
Kecintaan Abi Doto Siraj pada dunia keilmuan tidak hanya tercermin dalam pengabdian di dayah. Ia juga dikenal sebagai sosok yang berprestasi. Salah satu pencapaian yang membanggakan adalah ketika ia berhasil meraih juara pertama dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Bahasa Arab Melayu se-Aceh.
Di luar itu, keterlibatannya dalam dunia akademik dan organisasi semakin memperkokoh perannya di masyarakat. Ia aktif di DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, sebuah wadah yang memperjuangkan peran alumni dayah dalam membangun peradaban keilmuan yang lebih luas.
Harapan untuk Generasi Muda
Dalam banyak kesempatan, Abi Doto Siraj selalu berpesan kepada anak muda agar tidak menyia-nyiakan masa muda dengan hal-hal yang sia-sia. Baginya, investasi terbesar seseorang bukanlah harta, melainkan ilmu dan waktu yang dimanfaatkan dengan baik.
"Jangan biarkan masa muda terbuang percuma. Seberapa letih kita di masa muda, sebesar itulah kenyamanan yang akan kita rasakan di waktu tua," pesannya penuh makna.
Sebagai bagian dari mimpinya, ia bercita-cita membangun pesantren yang tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga memiliki sistem ekonomi mandiri. Dengan begitu, pesantren bisa menampung lebih banyak santri tanpa terbebani biaya.
Jejak Dakwah
Dalam dakwah mimbar, Abi Doto Siraj juga sering diundang pada sejumlah mesjid besar, termasuk Khatib Idul Adha, Mesjid Raya Baiturrahman - Banda Aceh, Khatib di berbagai mesjid Agung, termasuk mesjid Babussalam - Sabang, dan juga tahun 1446 H/ 2025 M di kota asalnya, di Bumi Teuku Umar Johan Pahlawan dan sejumlah mesjid besar lainya di kabupaten kota.
juga aktif menulis artikel di berbagai media cetak dan online. di serambi mihrab, di The Acehpost dan lainnya. juga aktif mengisi kajian di perkantoran, hotel, mesjid, mushalla dan sejumlah intansilanya
Meninggalkan Jejak Kebaikan
Abi Doto Siraj adalah bukti nyata bahwa perjuangan dan pengabdian tidak akan pernah sia-sia. Dari sebuah desa kecil di Aceh Barat hingga menjadi pemimpin pesantren dan sosok panutan di dunia keilmuan, ia membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk melangkah lebih jauh.
Masa yang sudah lewat tidak dapat kembali lagi, maka berbuatlah selagi mampu. Itulah pesan yang selalu ia tanamkan. Dan kini, ia terus berjalan, menebarkan cahaya ilmu, menyebarkan keberkahan, dan meninggalkan jejak kebaikan yang tidak akan lekang oleh waktu. [Tim Redaksi Advertorial]
Posting Komentar
0Komentar
3/related/default